Sabtu, 22 Oktober 2011

Fermentasi Mentega


Fermentasi mentega oleh Bakteri Streptococcus lactis

Margarin

Mege-Mouries mengembangkan margarin dengan menggunakan bahan baku lemak sapi. Dengan menggunakan proses tertentu dia memisahkan bagian lemak sapi yang memiliki sifat-sifat seperti mentega. Pada perkembangan selanjutnya bukan hanya lemak sapi yang digunakan untuk membuat margarin, juga lemak babi. Setelah itu mulailah penggunaan minyak kelapa dan minyak biji sawit ditambahkan kedalam lemak hewani dalam pembuatan margarin. Pada tahun 1910 mulai digunakan minyak yang dijenuhkan (maksudnya asam lemak minyak yang tadinya tidak jenuh atau mengandung ikatan rangkap kemudian sebagian atau seluruhnya dijenuhkan, artinya yang tadinya ikatan rangkap diubah menjadi ikatan tunggal) menggunakan proses hidrogenisasi (penambahan hidrogen kedalam ikatan rangkap). Setelah itu, penggunaan minyak nabati seperti minyak kedele, minyak jagung, minyak sawit, minyak kelapa, minyak biji sawit, dll pada pembuatan margarin meningkat. Disamping itu, minyak ikan dan lemak susu pun dapat digunakan dalam pembuatan margarin.
Secara umum margarin adalah bahan semi padat yang mempunyai sifat dapat dioleskan yang mengandung lemak minimal 80% dan maksimum 90%. Bahan untuk membuat margarin secara umum adalah minyak dan lemak, baik yang berasal dari nabati (tumbuh-tumbuhan), hewani maupun ikan. Berdasarkan definisi yang ditetapkan oleh badan yang berwenang di Eropa, margarin adalah produk yang berasal dari lemak padat atau cair yang berasal dari nabati dan/atau hewani, artinya bisa seluruhnya berasal dari minyak/lemak nabati, seluruhnya dari lemak hewani atau campuran minyak/lemak nabati dan lemak hewani. Di Amerika, margarin dapat dibuat dari lemak makan dan/atau minyak makan atau campuran minyak dan lemak dimana asal minyak dan lemak tersebut adalah nabati, karkas hewan dan hewan laut (minyak ikan). Di Kanada margarin dapat dibuat dari minyak dan lemak apa saja asalkan bukan dari lemak susu.

Margarin dan spread adalah produk emulsi air dalam minyak, suatu campuran air dengan minyak dimana fase minyak lebih banyak dari air. Air diharapkan terdistribusi didalam minyak secara merata dan tidak memisah dari minyak, untuk itu diperlukan suatu emulsifier (pengemulsi), suatu bahan yang mampu mempertahankan suatu emulsi yang stabil, tidak terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air. Kebanyakan emulsifier dibuat dengan melibatkan asam lemak atau gliserida dimana kedua bahan ini bisa berasal dari tanaman atau hewan.
Fase minyak dari margarin dan spread biasanya terdiri dari: minyak (30 - 79.5%), emulsifier (0.1 - 0.5%), lesitin (0.0 - 0.3%), pewarna (beta-karoten atau anato), perisa (flavouring) dan vitamin. Fase air (aqueous) mengandung air, garam (1.0 - 2.0%), padatan susu (whey, nonfat dry milk, padatan sweet cream buttermilk sebanyak 0.0 - 1.6%), pengawet (0.2%, biasanya potasium sorbat dan sodium benzoat), asam (asam fosfat, sitrat atau laktat), pengental (0.0 - 0.5%, maltodekstrin, gelatin, pektin dan gum lainnya), perisa (flavouring).
.

Proses pembuatan margarin melibatkan tahap: persiapan fase air (aqueous), pencampuran minyak/lemak, pembuatan emulsi, pendinginan dan pengulenan (kneading). Di industri besar proses ini biasanya dilakukan secara kontinyu (sinambung).
Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan Lectonostoceremoris. bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman. selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan. kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap dimakan.
Bahan pangannya berupa Susu, mikroorganismenya Streptococcus lactis,termasuk golongan bakteri, dan produknya Mentega
Streptococcus lactis, Bakteri Golongan ini biasanya berkembang biak di tmpat pemerahan susu sapi. Bermanfaat dalam kadar yg sesuai untuk permentasi ssu. Namun jika jumlahnya terlalu banyak dapat meeruugikan karena membuat susu menajdi asam dan tidak dapat d konsumsi manusia.
Mekanisme penambahan senyawa antimikroba alami ini pada pembuatan produk-produk fermentasi misalnya pada keju, penambahan senyawa antimikroba ini digunakan sebagai starter. Mikroba yang berperan sebagai aenyawa antimikroba ini yaitu Streptococcus lactis. Caranya, mikroba ini diinokulasikan pada dadih susu, kemudian bakteri ini menghasilkan asam laktat sehingga dapat menciptakan suasana asam pada media tumbuhnya, sehingga bakteri pathogen yang tidak tahan suasana asam ini akan dihambat pertumbuhannya. Penambahan mikroba ini akan membentuk tekstur, warna, serta aroma yang khas. Tekstur akan berubah menjadi padat karena asam laktat yang dihasilkan oleh S. lactis akan menggumpalkan protein.
 Berikut merupakan jenis bakteriosin dan aplikasinya dalam pengolahan pangan:  
Mentega
Mentega adalah massa bersifat plastis dengan kandungan utamanya lemak susu yang dibuat dari susu yang diperkaya dengan krim. Biasanya digunakan sebagai olesan roti dan biskuit, sebagai perantara lemak di beberapa resep roti dan masakan, dan terkadang bahan untuk menggoreng. Pengganti mentega ialah margarin, yang biasanya lebih murah, dan memiliki sedikit lemak dan kolesterol. Kandungan lemaknya berkisar 82-84%, air 14-16%, dan bahan padatan lainnya (bahan lemak).
Mentega dipasarkan dalam krim manis (sweet cream butter) atau krim asam (sour cream butter). Perbedaan antara keduanya adalah cara pembuatnnya. Pada pembuatan mentega manis tidak dilakukan penambahan bakteri pembentuk aroma dan pembentuk asam lemak, sedangkan pada mentega asam dilakukan penambahan kedua jenis bakteri tersebut.
Dari segi pembuatannya, mentega merupakan produk paling sederhana dalam kelompoknya. Krim susu dipekatkan dari 30-32% menjadi 30-40% sesuai dengan komposisi produk akhir yang diinginkan. Pangadukan krim ini mengubah emulsi minyak dalam air menjadi tipe air dalam minyak.
Pada pembuatan mentega, mikroorganisme yang digunakan adalah Streptococcus lactis dan Leuconostoc cremoris yang membantu proses pengasaman. Setelah itu, susu ditambah dengan cita rasa tertentu, kemudian lemak mentega dipisahkan. Pengadukan lemak mentega menghasilkan mentega yang siap santap.
Mentega adalah massa bersifat plastis dengan kandungan utamanya lemak susu yang dibuat dari susu yang diperkaya dengan krim. Biasanya digunakan sebagai olesan roti dan biskuit, sebagai perantara lemak di beberapa resep roti dan masakan, dan terkadang bahan untuk menggoreng. Pengganti mentega ialah margarin, yang biasanya lebih murah, dan memiliki sedikit lemak dan kolesterol. Kandungan lemaknya berkisar 82-84%, air 14-16%, dan bahan padatan lainnya (bahan lemak).
Mentega dipasarkan dalam krim manis (sweet cream butter) atau krim asam (sour cream butter). Perbedaan antara keduanya adalah cara pembuatnnya. Pada pembuatan mentega manis tidak dilakukan penambahan bakteri pembentuk aroma dan pembentuk asam lemak, sedangkan pada mentega asam dilakukan penambahan kedua jenis bakteri tersebut.
Dari segi pembuatannya, mentega merupakan produk paling sederhana dalam kelompoknya. Krim susu dipekatkan dari 30-32% menjadi 30-40% sesuai dengan komposisi produk akhir yang diinginkan. Pangadukan krim ini mengubah emulsi minyak dalam air menjadi tipe air dalam minyak.
Pada pembuatan mentega, mikroorganisme yang digunakan adalah Streptococcus lactis dan Leuconostoc cremoris yang membantu proses pengasaman. Setelah itu, susu ditambah dengan cita rasa tertentu, kemudian lemak mentega dipisahkan. Pengadukan lemak mentega menghasilkan mentega yang siap santap.

AGROINDUSTRI MENTEGA

Mentega (Butter) adalah produk berbahan baku susu ternak. Umumnya ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba, yak), dan juga mamalia besar lain seperti kuda, keledai dan unta. Mentega dari bahan susu unta, biasa disebut minyak samin. Meskipun minyak samin yang diproduksi di Indonesia, sebenarnya hanya margarin dari CPO, yang diberi aroma minyak samin. Mentega dibedakan dari margarin. Sebab margarin terbuat dari bahan minyak (lemak) nabati (tumbuh-tumbuhan). Sementara mentega selalu terbuat dari susu, yang merupakan lemak hewani. Namun demikian, masyarakat sering menyebut margarin sebagai mentega.
Sebutan ini tidak salah, sebab margarin adalah subtitusi mentega. Hingga margarin juga disebut pula sebagai mentega sintetis atau mentega tiruan. Meskipun sama-sama berbahan baku susu, mentega juga beda dengan keju (cheese). Mentega adalah susu yang hanya diambil lemaknya. Sementara keju dibuat dari seluruh bagian padat susu, yang terdiri dari lemak, protein, karbohidrat, gula, dan lain-lain. Ada dua macam mentega. Mentega tawar, dan mentega asin. Mentega bisa dikonsumsi langsung dengan roti, bisa pula sebagai bahan pencampur kue, dan juga untuk menggoreng. Misalnya dalam menu udang goreng mentega.
Mentega sudah diproduksi sejak 8000 sd. 9000 tahun SM. di Mesopotamia (sekarang Irak). Namun ketika mentega hanya dibuat dari susu kambing dan domba. Sebab sapi baru dipelihara agak lebih kemudian. Saat ini, India merupakan penghasil susu, sekaligus mentega terbesar di dunia. Hasil susu segar India 91,4 juta ton per tahun. Separo dari hasil susu itu diproduksi menjadi 1,4 juta ton mentega. Kadar air susu sekitar 88%. Sementara kadar air mentega hanya 15%. Hampir seluruh produksi mentega India, dikonsumsi sendiri. Hingga India juga merupakan konsumen mentega terbesar di dunia.
Mentega produksi Indonesia sudah masuk pasar swalayan, namun    mentega impor dari New Zealand juga masih ada. Mentega lokal yang beredar di pasaran, merupakan produksi pabrikan. Sebenarnya mentega juga bisa diproduksi dalam skala rumah tangga. Potensi produksi mentega ini ada di Pengalengan (Jawa Barat), Boyolali (Jawa Tengah), dan Pujon (Jawa Timur). Di tiga kawasan ini, susu hasil peternakan rakyat sering tidak tertampung oleh pabrik. Belakangan ini, susu rakyat tersebut juga tidak mampu bersaing dengan susu impor. Dalam kondisi seperti ini, agroindustri mentega menjadi salah satu alternatif.
Prinsip pembuatan mentega adalah mengambil lemak nabati susu berupa krim. Karena tanpa threatment (pasteurisasi), selama pengumpulan, krim susu ini akan menjadi masam, akibat gula susu berubah menjadi lactic acid. Krim masam ini kemudian difermentasi dengan bantuan bekteri Lactococcus dan Leuconostoc. Proses ini membuat mentega tradisional beraroma sangat khas. Kadar air mentega tradisional, mencapai 30%. Dalam proses pembuatan mentega secara modern, krim susu terlebih dahulu dipasteurisasi, hingga tetap segar dan tidak menjadi masam. Baru kemudian krim ini difermentasi dengan bantuan bakteri. Proses ini dilakukan secara massal dalam industri modern.
Karena mentega bisa diproduksi secara modern dan massal, maupun secara tradisional dalam skala rumah tangga, maka komoditas ini potensial untuk dikembangkan di sentra-sentra peternakan, yang jauh dari pabrik susu kemasan. Selama ini yang menjadi kendala utama pengembangan ternak sapi perah adalah, lokasinya harus berdekatan dengan pabrik susu. Hingga pemilihan lokasi sentra peternakan sapi perah di Pangalengan, Boyolali, dan Pujon, karena mempertimbangkan faktor ini. Selain faktor ketinggian tempat yang cocok untuk sapi perah, yakni di atas 1.000 m. dpl.
Tiga sentra peternakan sapi perah di Jawa ini, memang memungkinkan pengumpulan dan pengangkutan susu secara efisien ke pabrik. Kendalanya, di lokasi ini, volume hijauan pakan ternak sangat terbatas. Akibatnya biaya produksi tiap liter susu menjadi sangat tidak bersaing dengan peternakan sapi perah di negara maju. Harga susu lokal pun menjadi lebih tinggi dibanding dengan susu impor. Meskipun rendahnya produktivitas ini juga disebabkan oleh faktor induk, dan pengelolaan yang masih belum optimal. Dengan pengembangan agroindustri mentega berskala rumah tangga, kendala ini akan bisa diatasi.
Agroindustri mentega juga bisa dikembangkan pada sentra peternakan kambing, domba, dan kerbau perah. Selama ini domba, misalnya domba garut,  hampir tidak pernah dimanfaatkan susunya. Yang sudah lazim diperah barulah kambing, terutama kambing peranakan etawa (PE), dan kerbau, terutama kerbau murrah. Hasil susu kambing PE ini juga masih dipasarkan dalam bentuk segar. Padahal susu kambing, domba, dan kerbau, justru lebih berpotensi untuk diolah menjadi mentega secara tradisional, dalam skala rumah tangga,  dibanding dengan susu sapi.
Kadar air susu sapi mencapai 87,8%, kambing 88,9%, domba 83%, dan kerbau hanya 81,1%. Protein susu sapi 3,2%, kambing 3,1%, domba 5,4%, dan kerbau 4,5%. Kadar lemak nabati susu sapi 3,9%, kambing 3,5%, domba 6%, dan kerbau 8%. Karbohidrat susu sapi 4,8%, kambing 4,4%, domba 5,1%, dan kerbau 4,9%.  Kandungan kolesterol    susu sapi 14%, kambing 10%, domba 11%, dan kerbau hanya 8%. Kandungan lemak susu kambing, domba dan kerbau, jelas lebih tinggi dibanding kandungan lemak susu sapi. Hingga hasil mentega susu kambing, domba dan kerbau, akan lebih baik dibanding susu sapi.
Sebaliknya kandungan kolesterol susu kambing, domba dan kerbau, justru lebih rendah dibanding kolesterol susu sapi. Hingga kualitas susu atau mentega kambing, domba, dan kerbau, juga akan lebih baik untuk kesehatan, dibanding dengan susu, dan mentega sapi. Potensi ini belum diketahui oleh para peternak, masyarakat, bahkan
juga  pemerintah. Terutama pemerintah daerah di sentra peternakan kambing, domba dan kerbau.  Program pengembangan agroindustri mentega, seharusnya segera dimulai, oleh pemerintah daerah, dengan melibatkan Dinas Peternakan, Perindustrian, dan sekaligus perdagangan.

Pembuatan Mentega Menggunakan Bakteri Lactococcus lactis subsp.lactis
Mentega adalah dairy product  yang diperoleh dengan churning  (mengaduk) krim susu sampai mengeras. Lemak susu di dalam susu berbentuk butiran mikro yang diselimutimembran fosfolipid yang memisahkan butiran lemak susu satu dengan yang lain. Proses churning  ini menghancurkan lapisan membran sehingga butiran-butiran lemak susu bergabung membentuk padatan.
Pembuatan Mentega Menggunakan Bakteri Lactococcus lactis subsp.lactis
.Bahan utama pembuatan mentega adalah krim yang memiliki kadar lemak antara 25 -45%. Krim diperoleh dari susu sapi dengan menggunakan alat separator. Tahap pertama pembuatan mentega adalah standarisasi komposisi krim yang dilanjutkan dengan proses pasteurisasi krim (pasteurisasi adalah proses membunuh mikroorganisme patogen dansebagian mikroorganisme perusak dengan menggunakan pemanasan). Setelah dipasteurisasimaka krim didinginkan, setelah itu tergantung pada jenis mentega yang akan dibuat, akan adatiga jalur proses.Jalur yang pertama, mentega dibuat dari krim asam, atau yang disebut dengancultured-cream butter. Proses ini berlangsung dengan cara memfermentasikan bakteri Lactococcus lactis subsp. Lactis pada krim yang ditumbuhkan didalam krim. Pada proses ini,media yang digunakan adalah krimnya itu sendiri sehingga bakteri tidak perlu ditanam dala starter terlebih dahulu, akan tetapi langsung ditanam kedalam krim.Jalur yang kedua, krim yang digunakan tidak difermentasikan terlebih dahulu, akantetapi langsung diproses ketahap yang selanjutnya.
Baik krim yang sudah difermentasi maupun tidak kemudian dikocok dengan teknik tertentu secara mekanis dalam wadah tertentu sampai terbentuk butiran-butiran lemak mentega dengan diameter sekitar 2 mm. Proses pengocokan ini disebut dengan churning. Dari proses churning selain dihasilkan butiran lemak mentega dengan kadar air sekitar 30% jugasusu mentega (buttermilk) yang berupa cairan. Proses churning kemudian dilanjutkan sampaiterbentuk mentega dengan kadar air antara 15 - 19% dan kadar lemak 81 - 85%. Setelah itu,mentega yang diperoleh diuleni (kneading).Jalur yang ketiga hampir sama dengan cara pembuatan mentega pada jalur yang kedua,akan tetapi setelah butiran mentega jadi (dengan kadar air 13.5 - 14.5%) kemudian ada prosestambahan yaitu fermentasi butiran mentega dimana dalam hal ini sebanyak 3-4% starter yang berisi bakteri
 Lactococcus lactis subsp. Lactis ditambahkan kedalam butiran mentega.
Karakterisasi Bakteri Lactococcus lactis subsp. Lactis Bakteri gram positif, suhu optimal 30oC, kokus (biasanya diplokokus). Koloni berbentuk rantai pendek, anaerob fakultatif, berbau. Pertumbuhannya sangat cepat pada medium susu dan mampu menghidrolisis kaseinsusu dengan enzim proteinase ekstraseluler dan mengkonversi laktosa secarahomofermentatif menjadi asam laktat.Memiliki mekanisme pertahanan terhadap stres lingkungan.

Mentega

Mentega adalah dairy product yang diperoleh dengan churning (mengaduk) krim susu sampai mengeras. Lemak susu di dalam susu berbentuk butiran mikro yang diselimuti membran fosfolipid yang memisahkan butiran lemak susu satu dengan yang lain. Proses churning ini menghancurkan lapisan membran sehingga butiran-butiran lemak susu bergabung membentuk padatan. Mayoritas produsen mentega menggunakan susu sapi, sementara susu kambing, domba, dan kuda masih digunakan di beberapa daerah. Eropa menyukai mentega manis, tetapi pasaran lain menyukai penambahan 2% garam. Warna mentega diperoleh dari karoten dengan range kuning pucat sampai keemasan. Clarified Butter adalah mentega yang kandungan air dan susu padat di dalamnya telah dibuang, dan dapat digunakan dalam pemanggangan pada temperatur tinggi tanpa kehilangan kualitasnya. Nilai gizi mentega terletak pada lemak yang mudah dicerna, kandungan vitamin A dan D. Secara komersial mentega biasanya mengandung 80-85% lemak susu, dan 12-16% air. Menurut Departemen Pertanian Amerika Serika, 63% dari lemak susu tersebut adalah hidrokarbon jenuh dari asam lemak. Dengan kata lain komponen terbanyak di dalam mentega adalah lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL (dikenal sebagai kolesterol jahat). Akibatnya mentega dianggap sebagai penyebab obesitas dan mampu meningkatkan resiko serangan jantung.
Bahan utama pembuatan mentega adalah krim yang memiliki kadar lemak antara 25 - 45%. Krim diperoleh dari susu sapi dengan menggunakan alat separator. Tahap pertama pembuatan mentega adalah standarisasi komposisi krim yang dilanjutkan dengan proses pasteurisasi krim (pasteurisasi adalah proses membunuh mikroorganisme patogen dan sebagian mikroorganisme perusak dengan menggunakan pemanasan). Setelah dipasteurisasi maka krim didinginkan, setelah itu tergantung pada jenis mentega yang akan dibuat, akan ada tiga jalur proses.
 Proses pertama yaitu fermentasi krim dengan cara menumbuhkan bakteri asam laktat (diantaranya Lactococcus lactis subsp. lactis, Lactococcus lactis subsp. cremoris, Lactococcus lactis subsp. diacetylactis, dan Lactococcus lactis subsp. cremoris bv. citrovorum) pada krim. Pada jalur kedua krim tidak difermentasi. Baik krim yang sudah difermentasi maupun tidak kemudian dikocok dengan teknik tertentu secara mekanis dalam wadah tertentu sampai terbentuk butiran-butiran lemak mentega dengan diameter sekitar 2 mm. Proses pengocokan ini disebut dengan churning. Dari proses churning selain dihasilkan butiran lemak mentega dengan kadar air sekitar 30% juga susu mentega (buttermilk) yang berupa cairan. Proses churning kemudian dilanjutkan sampai terbentuk mentega dengan kadar air antara 15 - 19% dan kadar lemak 81 - 85%. Setelah itu, mentega yang diperoleh diuleni (kneading) dengan cara diaduk aduk dengan menggunakan suatu alat (lebih baik jika dilakukan dalam keadaan vakum untuk menghindari terperangkapnya udara kedalam mentega), hal ini dilakukan agar terjadi penyeragaman komposisi dan tekstur (kelembutan) mentega yang baik. Selama proses pengulenan ini bisa ditambahkan garam dan pewarna (biasanya annato atau karoten). Setelah mentega jadi kemudian mentega dicetak dan dibungkus atau langsung ditempatkan pada kemasan yang sesuai.Pada jalur ketiga prosesnya seperti proses jalur kedua akan tetapi setelah butiran mentega jadi (dengan kadar air 13.5 - 14.5%) kemudian ada proses tambahan yaitu fermentasi butiran mentega dimana dalam hal ini sebanyak 3-4% starter (berisi bakteri asam laktat) ditambahkan kedalam butiran mentega. Variasi dari proses ini yaitu menumbuhkan starter pada media yang cocok seperti whey (hasil samping pembuatan keju) atau susu skim, setelah cukup menghasilkan aroma yang diinginkan dilakukan pemisahan dan pemekatan kemudian pekatan aroma ditambahkan kedalam butiran mentega. Proses selanjutnya sama dengan proses pada jalur satu dan dua. 
               Sedangkan produk butter/mentega, biarpun terbuat dari lemak hewani, sebenarnya bisa kita minimalisir effek negatifnya dengan memilih 'Unsalted Butter' - karena garam yang ditambahkan kedalam mentega tersebut sebenarnyalah tidak kita perlukan samasekali. Produsen justru yang memerlukannya sebagai pengawet menteganya selain kadang-kadang malahan untuk menutupi bau dan rasa yang kurang ok pada produk mentega yang berkualitas rendah. Ada cara lain yang lebih mudah dan aman sebenarnya bagi anda yang ingin tetap menggunakan mentega/butter’ yaitu dengan mencampurkan mentega/butter 'unsalted' yang dilembutkan dengan minyak zaitun murni atau setidaknya dengan margarin extra lembut yang berkualitas.
            Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3744-1995), mentega adalah produk makanan berbentuk padat lunak yang dibuat dari lemak atau krim susu atau campurannya, dengan atau tanpa penambahan garam (NaCl) atau bahan lain yang diizinkan, serta minimal mengandung 80 persen lemak susu. Selain garam dapur, ke dalam mentega juga ditambahkan vitamin, zat pewarna, dan bahan pengawet (misalnya sodium benzoat). Emulsi pada mentega merupakan campuran 18 persen air yang terdispersi pada 80 persen lemak, dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi. Mentega dapat dibuat dari lemak susu (terutama lemak susu sapi) yang manis (sweet cream) atau asam. Mentega dari lemak susu yang asam mempunyai cita rasa lebih kuat. Lemak susu dapat dibiarkan menjadi asam secara spontan atau melalui penambahan inokulum murni bakteri asam laktat (proses fermentasi). Mula-mula lemak susu dinetralkan dengan garam karbonat, kemudian dipasteurisasi dan diinokulasi dengan bakteri yang dapat menghasilkan asam laktat selama proses fermentasi. Bila perlu, ditambahkan zat pewarna ke dalam lemak susu, umumnya berupa karoten, yaitu zat pewarna alamiah yang merupakan sumber vitamin A.(Astaman)
Fermentasi krim maupun mentega dengan menggunakan bakteri asam laktat dimaksudkan untuk menghasilkan mentega dengan aroma yang enak, tercium wangi dan gurih. Mentega yang di pasaran dikenal dengan nama roombotter diduga dibuat dengan melibatkan proses fermentasi. Nama room (rum) disitu tidak ada sangkut pautnya dengan minuman keras rum, nama ini berasal dari bahasa Belanda. Dilihat dari baunya yang wangi dan tajam, mentega Wijsman kemungkinan besar juga dibuat melalui jalur satu atau tiga yang melibatkan fermentasi. Masalahnya, kehalalan mentega yang dibuat dengan melibatkan proses fermentasi ini diragukan mengingat media tumbuh bakteri asam laktat rawan kehalalannya dan media ini bisa tercampur kedalam mentega. Jika mentega dibuat melalui proses jalur kedua yang tanpa fermentasi maka kehalalannya tidak bermasalah, kecuali jika ditambahkan pewarna karoten karena pewarna karoten biasanya berada dalam suatu carrier (penyalut), salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai carrier adalah gelatin (bisa terbuat dari babi, sapi atau ikan). (Apriyantono:2008) m1
Bahan utama pembuatan mentega adalah krim yang memiliki kadar lemak antara 25 - 45%. Krim diperoleh dari susu sapi dengan menggunakan alat separator. Tahap pertama pembuatan mentega adalah standarisasi komposisi krim yang dilanjutkan dengan proses pasteurisasi krim (pasteurisasi adalah proses membunuh mikroorganisme patogen dan sebagian mikroorganisme perusak dengan menggunakan pemanasan). Setelah dipasteurisasi maka krim didinginkan, setelah itu tergantung pada jenis mentega yang akan dibuat, akan ada tiga jalur proses. Proses pertama yaitu fermentasi krim dengan cara menumbuhkan bakteri asam laktat (diantaranya Lactococcus lactis subsp. lactis, Lactococcus lactis subsp. cremoris, Lactococcus lactis subsp. diacetylactis, dan Lactococcus lactis subsp. cremoris bv. citrovorum) pada krim. Pada jalur kedua krim tidak difermentasi. Baik krim yang sudah difermentasi maupun tidak kemudian dikocok dengan teknik tertentu secara mekanis dalam wadah tertentu sampai terbentuk butiran-butiran lemak mentega dengan diameter sekitar 2 mm. Proses pengocokan ini disebut dengan churning. Dari proses churning selain dihasilkan butiran lemak mentega dengan kadar air sekitar 30% juga susu mentega (buttermilk) yang berupa cairan. Proses churning kemudian dilanjutkan sampai terbentuk mentega dengan kadar air antara 15 - 19% dan kadar lemak 81 - 85%. Setelah itu, mentega yang diperoleh diuleni (kneading) dengan cara diaduk aduk dengan menggunakan suatu alat (lebih baik jika dilakukan dalam keadaan vakum untuk menghindari terperangkapnya udara kedalam mentega), hal ini dilakukan agar terjadi penyeragaman komposisi dan tekstur (kelembutan) mentega yang baik. Selama proses pengulenan ini bisa ditambahkan garam dan pewarna (biasanya annato atau karoten). Setelah mentega jadi kemudian mentega dicetak dan dibungkus atau langsung ditempatkan pada kemasan yang sesuai.
Pada jalur ketiga prosesnya seperti proses jalur kedua akan tetapi setelah butiran mentega jadi (dengan kadar air 13.5 - 14.5%) kemudian ada proses tambahan yaitu fermentasi butiran mentega dimana dalam hal ini sebanyak 3-4% starter (berisi bakteri asam laktat) ditambahkan kedalam butiran mentega. Variasi dari proses ini yaitu menumbuhkan starter pada media yang cocok seperti whey (hasil samping pembuatan keju) atau susu skim, setelah cukup menghasilkan aroma yang diinginkan dilakukan pemisahan dan pemekatan kemudian pekatan aroma ditambahkan kedalam butiran mentega.Proses selanjutnya sama dengan proses pada jalur satu dan dua.

Fermentasi krim maupun mentega dengan menggunakan bakteri asam laktat dimaksudkan untuk menghasilkan mentega dengan aroma yang enak, tercium wangi dan gurih. Mentega yang di pasaran dikenal dengan nama roombotter diduga dibuat dengan melibatkan proses fermentasi. Nama room (rum) disitu tidak ada sangkut pautnya dengan minuman keras rum, nama ini berasal dari bahasa Belanda. Dilihat dari baunya yang wangi dan tajam, mentega Wijsman kemungkinan besar juga dibuat melalui jalur satu atau tiga yang melibatkan fermentasi. Masalahnya, kehalalan mentega yang dibuat dengan melibatkan proses fermentasi ini diragukan mengingat media tumbuh bakteri asam laktat rawan kehalalannya dan media ini bisa tercampur kedalam mentega. Jika mentega dibuat melalui proses jalur kedua yang tanpa fermentasi maka kehalalannya tidak bermasalah, kecuali jika ditambahkan pewarna karoten karena pewarna karoten biasanya berada dalam suatu carrier (penyalut), salah satu bahan yang bisa digunakan sebagai carrier adalah gelatin (bisa terbuat dari babi, sapi atau ikan).



Jumat, 21 Oktober 2011

Bukan aku tapi dia :-


Kata lagu si Judika bukan dia tapi aku.. tapi lkali ini ceritanya beda bukan aku tapi dia. Hha terkesannya sedih banget ya :D
Part 1

Seorang cewek lagi jatuh cinta pada seorang yang di anggapnya ini loh yang gua cari, baik, sopan, rajin ibadah. Sempat dia merasa minder ama si cowok yang di matanya this is a perfect boy. Ia selalu mencri cara agar bias merasa selalu dekat ama si co, dia sms kadang yang di sms itupun terkesan “ga pennting” namun apa pun itu ga penting buatnnya yang penting bisa mendekatkan diri dengan nya itulah yang paling penting. Ada  cerita lucu ni suatu hari dia lagi buat kue, dia berniat ngasih Mr. As. Dia mulai lah proses masak memasak ala dia, emang si, si cewek ini hobby sekali memasak. Dia seorang calon engineer, namun di balik engineer nya itu ia mempunyai impian, yaitu Chef Master.. hha aneh tapi inilah dia,, manusia yang super duper terkadang ga punya kejelasan dalam jalan menuju impinya. Eits kembali lagi dengan Mr.As, setelah kue itu masak ternyata gagal. Nmun ia tetap memberanikan diri buat ngasih sang punjaan hatinya tadi. :D
Ga cukup sampe di situ, cara yang dia tempuh berkelanjutan. Ia berusaha mencari siapa?Bagaimana? sosok Mr.as ini sebenarnya….